Senin, 14 Desember 2015

Salad Cinta



Damn, I love Indonesia.
Itu adalah salah satu tagline sebuah distro yang dikembangkan artis kenamaan. Semacam pengakuan bahwa, I love. Saking cinta dan kerennya kadang kita mengungkapkannya secara berkebalikan. Sesuatu yang kita cintai itu baik, keren dan mengesankan. Masuk akal juga jika kita sampai “histeris” terhadap sesuatu yang kita cintai. Damn, sebagai bentuk pujian ala kekinian yang justru mengakui kehebatan sesuatu yang dicinta. 
Logika kita yang berhasil menemukan kebaikan obyektif akan menyebabkan cinta yang lebih rasional. Cinta yang terburu-buru dan cenderung emosional akan sulit berkembang dan bertahan. Kita mengetahui bahwa membaca adalah baik, mencintai baca adalah suatu yang baik pula. Selain memberi kita wawasan dan pengalaman belajar untuk kritis. Membaca dapat memberikan kita kesempatan untuk berkelanan dalam dimensi waktu yang tidak terbatas. Kita dapat membaca sejarah manusia purba hingga kejadian terkini dari bacaan. Itu adalah cinta atau kesukaan yang logis. Cinta baca kita akan semakin berkembang bukan hanya sekadar membaca. Melainkan menganalisis bahkan menulis sesuatu yang baru. 
Sifat cinta adalah memberikan apa yang kita miliki untuk sesuatu yang dicinta. Tuhan sangat suka dicintai hamba Nya. Dia sangat suka dimintai ini itu oleh hambanya. Maka hamba yang cintanya mendalam pada Tuhannya akan memberikan waktu istirahatnya untuk sujud, memberikan hartanya untuk beramal, dan menghabiskan waktunya untuk aktivitas yang dicintai Nya. Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menemukan cinta ibu terhadap anaknya. Ibu rela memberikan segalanya untuk anak, melakukan berbagai pekerjaan untuk menghidupi anak. Cinta kita kepada ibu kalah saing dan tidak pernah sebanding.


Cinta menjadi titik tolak seseorang untuk berbuat diluar nalar. Cinta yang benar mengarahkan kepada jalan yang benar. Sedangkan cinta yang salah akan mengarahkan kepada sesuatu yang salah. Sesuatu yang berlebihan pun tidak baik. Kita mencintai Allah, kita tetap diperintahkan untuk memikirkan dunia. Kita pun harus bergaul dengan keluarga dan masyarakat. Kita bekerja mencukupi kebutuhan fisik dan non fisik. Jika cinta kepada Allah saja tidak boleh berlebihan dan lebay, sudah tentu cinta terhadap mahluk pun demikian.  
Sekalipun cinta  membawa sisi emosional yang sulit ditebak, jatuh cintalah dengan apa yang membuatmu lebih baik.
Desember 14. 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...