Jumat, 18 Desember 2015

Bisakah Ia 'Kembali' Lagi?



Bagaimana rasanya kehilangan dia? Tolong beritahu saya bagaimana rasanya. Agar saya bisa membayangkan bagaimana kamu menghadapinya. Kamu pasti akan teringat semua kenangan indah bersamanya. Mungkin akan sedikit menyakitkan, tapi tolong beritahu saya bagaimana rasanya. Agar saya bisa membantumu untuk merasa lebih baik..

Ada begitu banyak kenangan bersamanya. Sekarang semuanya terasa indah ya, ah seperti indah yang hambar atau bagaimana? Meski dulu rasanya hal tersebut sangat menjengkelkan, bahkan memalukan kini mengingatnya justru membuat kita otomatis menangis. Bagaimana rasanya? Apakah ia orang terbaik yang pernah kamu temui? Apakah ia melakukan sesuatu yang sangat membantu hidupmu?

Sesederhana apapun perlakuannya. Semua hal yang dilakukannya terasa istimewa, saat ini. Ia memang bukan yang terbaik tapi ia melakukan yang terbaik. Mungkin kamu kehilangan tepat di saat berhasil memaknainya sebagai seseorang yang berharga. Ya. Kehilangan memang tak pernah tepat waktu. Ia yang berhasil membuatmu kehilangan adalah orang yang datang tepat pada waktunya. Sayangnya, kini ia sudah berada di tempat yang sangat jauh darimu. Bukan dalam hitungan ribuan kilometer. Apakah kamu sering mengingatnya?

Kenyataannya ia tidak bersamamu lagi. Sudah berapa lama ia pergi? Sehari, seminggu, sebulan, setahun, sepuluh tahun? Melupakannya bahkan tidak pernah terpikirkan dalam hidupmu. Apakah kamu benar-benar ingin melupakannya? 

Hidup menjadi aneh sejak ia pergi. Kamu tahu bahwa itu tidak benar untuk dijalani. Namun kamu tidak tahu hendak kemana dan bagaimana. Eh, bukan. Kamu tidak benar-benar ingin kemana dan seperti apa. Kamu hanya tinggal di tempat yang sama persis ketiak ia pergi. Kamu hidup sebagaimana orang pada umumnya hidup. Kamu makan, berangkat kerja, tidur, membeli rumah. Semuanya kamu lakukan. Apakah kamu bahagia? Ya. Mungkin. Anggap saja demikian. Maka hidupmu mengalir dari waktu ke waktu. 

Bagaimana hatimu? Masihkah sama berantakannya seperti ketika ia pergi? Semoga hari ini lebih baik dan lebih terkendali. Tapi kamu masih disana. Di tempat ketika rumah terasa sangat sepi bagimu. Kamu tinggal didalamnya dalam raga kesepian sempurna. Barang-barangnya masih ada. Disuatu tempat yang tersembunyi. Tapi kamu tahu apa saja yang kamu sembunyikan. Kadang kamu membukanya untuk sekadar mengingatnya. 

Tolong ceritakan pada saya bagaimana ia memperlakukanmu? Tolong bagikan kebaikannya agar saya tahu bagaimana membantumu mengingatnya dengan cara yang lebih baik. Ia pergi bukan karena kesalahanmu. Ini murni kehendak Nya. Karena memang sudah lengkap segala yang ia lakukan di dunia. Sekeras apapun kita menolak, ia hanya mahluk yang akan kembali jika dipanggil kembali. Apakah kita masih memberontak dan mengutuk jalan hidup yang kita dapatkan? Kita lahir pun atas kehendak Nya, maka kepergiannya adalah skenario yang justru membawa kita pada hidup yang lebih baik. 

Percaya bahwa ada makna dibalik setiap kepergian? Saya percaya itu. Bahwa kesedihan membawa kita pada kesadaran, segala yang hidup tunduk dan patuh pada Nya. Siapa yang tak mampu membaca makna, ia akan gusar dan marah. Sedangkan mereka yang mengerti akan tahu bagaimana seharusnya bersikap. 

Ayah saya mengajarkan saya bagaimana mencintai orang yang kehilangan. Ia adalah lelaki yang pura-pura kuat. Dihadapan semua orang ia mengatakan baik-baik saja. Bahkan didepan saya, Ia tidak pernah terlihat sedih. Tapi yang saya ‘lihat’ justru sebaliknya. Ada hati yang masih berantakan untuk kembali menghadapi hidup. Ada ketidakrelaan yang seolah masih bertengger kokoh. 

Ia kehilangan istrinya karena sebuah penyakit. Pada saat itu, rumah sakit tidak sebaik sekarang. Dukun masih sangat banyak dijumpai di kampung-kampung. Dokter? Saya tidak yakin apakah keluarga kami terpikirkan untuk pergi ke dokter. Bagaimana rasanya kehilangan istri yang sangat dicintai? Dunia runtuh. Hidup tak lagi hidup. Sanak saudara datang menghibur. Mereka menyemangati Ayah bahwa hidup harus kembali bersinar. Singkapkan gelap, kita harus bergerak terus. 

Tuhan lebih sayang istrinya, tapi lebih dari itu anak pertamanya pun menyusul sang Ibu. Sakit yang diderita istri mengakibatkan anak tidak mendapatkan asi. Akhirnya anak perempuan yang manis itu sakit. Tak lama, tak butuh waktu lama untuk menyusul Ibu ke sisi Nya. Apa yang kamu rasakan?

Ayah menikah lagi dengan perempuan yang kebetulan melahirkan saya dan kakak-kakak saya. Apakah sekarang Ayah sudah menerima kehilangan itu? Bahkan setelah bertahun-tahun berlalu rasa kehilangan dan kesedihan itu masih terlihat. Ayah saya bisa tertawa dan bercanda. Kekhawatirannya luar biasa. Ayah mencintai istri dan anaknya. Ia pun mencintai saya dan saudara-saudara saya. Ia tidak akan membiarkan saya sedikit pun kelaparan dan kesusahan. Jika mendengar saya sakit, paniknya langsung melanda. Repot mengantar ke dokter. Membelikan makanan ini dan itu. Yang penting saya sembuh. Hal itu berlaku terhadap Ibu dan semua anak. 

Siapa yang ingin kehilangan untuk kesekian kali? Kehilangan yang pertama dan kedua adalah pelajaran berharga bahwa orang-orang yang kita cintai harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Bukan hanya sekadar menjaga fisik, kebahagiaan mereka adalah yang utama dan pertama. Saya merasakan cinta itu begitu hebatnya. Ia tidak ingin saya mengalami hal yang buruk. Ia melakukan segalanya untuk saya. Maka saya pun mencintainya dengan luar biasa. Saya menyebutnya, cinta yang sempurna. 

Apakah orang yang kamu cintai hanya dia? Saya pikir tidak. Ada orang lain yang sama spesial dengannya. Saya yakin mereka mencintaimu sama seperti dia. Mungkin melakukan banyak hal berharga jauh lebih banyak dan lebih baik untukmu. Apakah kamu mencintai mereka?
Bukankah mereka senantiasa ada dan berusaha memenuhi kebutuhanmu? Mereka mencintaimu dan kamu mencintai mereka. Bagaimana hatimu? Apakah masih di tempat yang sama? Apakah masih berharap ia kembali dan hidup bersamamu? 

Pada kenyatannya kematian memisahkan mereka yang pergi dan yang ditinggalkan. Kita bisa mengingat mereka yang telah pergi kemudian mendoakan. Tapi hidup kita adalah bersama mereka yang masih ada. Cintai mereka yang masih ada. Berbuatlah lebih banyak untuk mereka. Karena mereka melakukan segalanya untukmu. Jika hatimu hanya berpura-pura bersama mereka, kamu hanya menciptakan jarak yang sama jauhnya dengan dia. Tidak bisa menyentuh mereka, tapi tidak bisa kembali bersamanya. 

Karena pada dasarnya kita tak harus benar-benar kehilangan atau kehilangan untuk kesekian kalinya agar mampu memaknai kehilangan. Hari ini, bawalah hati yang baru. Simpan ia dalam doamu. Urusanmu dengannya adalah tentang doa. Selebihnya hidupmu harus terus berlanjut. Disini ada orang-orang yang siap membelamu mati-matian. Mereka memang tidak menjanjikan kebahagiaan untukmu tapi mereka akan membantumu menjalani hari ini dengan banyak syukur.

Doa saya, semoga kamu bersyukur atas orang-orang hebat yang diturunkan untukmu. Ya. Semata-mata untukmu dan membahagiakanmu. Hiduplah bersamanya kini dan disini.

*Menulis ini rasanya menyakitkan tetapi akhirnya mengerti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...